Sumber: Instagram @juventus
SABANEWSID.com – Permainan bertahan yang disajikan raksasa Italia, Juventus, kerap mengundang respon negatif dari publik, khususnya fans mereka sendiri. Namun ada juga yang membela strategi terapan Massimiliano Allegri tersebut.
Strategi bertahan ini paling jelas terlihat ketika Juventus bertandang ke markas Fiorentina dalam laga pekan ke-11 Serie A akhir pekan kemarin. Kendati demikian, Juventus mampu keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 1-0.
Bianconeri – julukan Juventus – tidak tampil dominan. Mereka hanya memiliki penguasaan bola sebesar 31 persen dan cuma melepaskan empat tembakan. Di sisi lain, Fiorentina mampu melesakkan total 25 tembakan sepanjang pertandingan.
Namun pada akhirnya, statistik tidak terlalu berpengaruh pada hasil pertandingan. Juventus keluar sebagai pemenang berkat gol yang diceta Fabio Miretti pada menit ke-10. Berkat itu, Bianconeri bisa bertengger di posisi dua klasemen saat ini.
Strategi bertahan seringkali tidak sejalan dengan harapan pendukung khususnya klub seperti Juventus. Mereka tentu mengharapkan timnya tampil dominan dengan permainan atraktif serta menghasilkan banyak gol.
Baca juga: Juventus Mencari Gelandang Baru di Inggris, Siapa Saja yang Sedang Dipantau?
Di tengah banyaknya kritik, Fabio Capello yang pernah menukangi Juventus muncul dan memberikan pembelaan. Ia mengatakan bahwa strategi bertahan kerap dibutuhkan dan menjadikan Manchester City sebagai contoh.
“Juventus tampak solid, bersatu, dan memiliki hasrat untuk saling membantu satu sama lain di Florence. Fiorentina telah mencoba menyerang tapi tidak menemukan ruang karena, mungkin mereka kekurangan pemain yang tak bisa diprediksi di depan,” kata Capello kepada Gazzetta.
“Performa pertahanan Juventus cemerlang, mereka mampu memanfaatkan kualitas para pemainnya. Manchester City suka menyerang dengan banyak pemain. Tapi ketika mereka harus, mereka bertahan lebih ke dalam.”
“Mereka melakukan hal yang sama selama 25 menit dalam laga final Liga Champions tahun lalu melawan Inter. Anda membutuhkan pemain yang tepat untuk melakukannya,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Capello juga memberikan pembelaan terhadap Allegri yang kerap dikritik karena strategi bertahannya. Capello sendiri pun mengaku kerap mengubah filosofi permainan timnya jika memang itu dibutuhkan.
“Allegri dihina dan dikritik karena tidak mengikuti Injil, tapi dalam sepak bola tidak hanya ada satu agama. Saya sering mengubah gaya tergantung karakteristik pemain dan negara tempat saya bekerja, karena setiap tempat memiliki DNA-nya masing-masing.”
“Setiap pelatih ingin menyerang selama 90 menit penuh, tapi mereka tetap harus memikirkan lawan dan karakteristik dari timnya sendiri,” pungkas Capello.
(Gazzetta via Football Italia)