Sumber: Instagram @pablogavi
SABANEWSID.com – Pemain Barcelona, Gavi, harus dipapah keluar saat membela Timnas Spanyol dalam laga kualifikasi Euro 2024 pada akhir pekan kemarin. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa sang gelandang mengalami anterior cruciate ligament (ACL).
Cedera tersebut dikenal sebagai momok pesepakbola karena masa pemulihannya memakan waktu berbulan-bulan. Dengan cedera ini, dapat dipastikan kalau musim 2023/24 berakhir untuk pemain berusia 19 tahun tersebut.
Tentu ini merugikan. Bukan cuma untuk Barcelona, tapi juga Timnas Spanyol. Sebab cedera ACL ini juga membuat sang wonderkid terancam tak bisa bermain dalam pagelaran Euro 2024 di musim panas tahun depan.
Gavi cedera saat pertandingan melawan Georgia baru berjalan selama 27 menit. Namun sebelum itu, ia sempat mengalami masalah pada lututnya. Namun tim dokter yang ada di lapangan membiarkan dirinya terus bermain.
Ini menjadi momen kunci menurut seorang dokter kawakan asal Spanyol, Ripoll. Ketika berbincang kepada Cadena SER, ia mengatakan kalau Gavi seharusnya masih bisa diselamatkan dari cedera ACL.
Baca juga: Barcelona: Gavi Butuh Dukungan Fans!
“Saya berharap tingkat cederanya berbeda. Tetapi ketika saya melihat aksi pertama di mana lututnya tiba-tiba berputar, saya kehilangan 99 persen harapan. Semuanya mengindikasikan kalau itu adalah robekan pada cruciate,” katanya.
Ripoll kemudian melanjutkan obrolannya ke topik jadwal pertandingan yang padat. Ia menegaskan bahwa ini yang menjadi permasalahan besar dalam kasus cedera pemain.
“Semua cedera berkaitan dengan jumlah pertandingan yang harus dilakoni pesepakbola. Semakin anda sering berlari dan bermain, semakin parah cederanya. Timnas ingin menang dan begitu juga dengan klub,” lanjutnya.
“Ini tidak akan berubah. Apa yng harus dilakukan adalah mengadaptasikan aturan dan kalender. Ada yang harus dilakukan untuk beradaptasi dengan situasi sekarang. Mereka harus mendistribusikan jam yang dimainkan pesepakbola.”
“Angkanya tidak terlihat masuk akal. Seorang pesepakbola bisa memainkan banyak pertandingan, tapi dalam jeda ini, kami harus berhenti dan mencari solusi.”
“Ketika mereka bermain untuk timnas, ‘chip’-nya berubah; mereka semua memulai dari nol, tidak merasa yakin dengan tempatnya, karena mereka berada di pihak klub,” pungkas sang dokter.
(Cadena SER)