Sumber: Instagram @declanrice
SABANEWSID.com – Performa Declan Rice di West Ham membuat dua klub raksasa Inggris, Arsenal dan Manchester City, saling sikut untuk meraih tanda tangannya pada bursa transfer musim panas kemarin. Pada akhirnya, Arsenal yang keluar sebagai pemenang.
Arsenal harus mengeluarkan uang sejumlah 105 juta pounds untuk membawa Rice ke Emirates Stadium. Angka yang dirasa cukup sepadan, apalagi jika melihat performanya di beberapa laga awal Premier League musim ini.
Manchester City sebenarnya telah melayangkan tawaran untuk merekrut Rice senilai 80 juta pounds. Akan tetapi, penawaran tersebut ditolak mentah-mentah. Manchester City tidak mau terlibat dalam perang harga dan memutuskan mundur.
Selang beberapa bulan sejak pertarungan itu, Josep Guardiola berbicara kepada publik tentang ketertarikan Manchester City terhadap Rice. Pria asal Spanyol itu mengaku ingin menjadikan Rice bergantian dengan gelandang andalan lainnya, Rodri.
“Sudah pasti semua orang tahu bahwa City menginginkan dia, kami menginginkan dia. Dia bisa bermain tidak hanya ketika Rodri sedang absen,” tutur Guardiola dalam konferensi pers jelang menghadapi Arsenal, seperti dikutip Metro Sport.
Baca juga: RB Leipzig Sudah Ditumpas, Manchester City Tebar Ancaman ke Arsenal
“Pada akhirnya, Arsenal lebih berjuang dan menginginkan dia, mungkin Arteta lebih meyakinkan ketimbang saya, atau klub juga, atau penawaran mereka. Kami hanya bisa membayarnya dengan nilai lebih kecil, itulah alasannya,” lanjutnya.
Arsenal terbilang jor-joran pada bursa transfer musim panas kemarin. Selain Rice, mereka juga mengeluarkan uang senilai 60 juta pounds untuk merekrut Kai Havertz dari Chelsea. Padahal Havertz tidak begitu bersinar di Stamford Bridge.
Ini menunjukkan betapa niatnya Arsenal mendapatkan gelar dan tidak tersalip lagi oleh Manchester City. Begitu pendapat orang-orang. Guardiola sendiri agak risih dengan itu, sebab opini publik bisa berubah jika City yang jor-joran.
“Normalnya saat menghabiskan uang sejumlah itu Manchester City dianggap gila, ketika yang lain melakukannya dianggap pintar. Publik boleh melakukan apapun yang disuka . Kami sudah dinilai sepanjang waktu, tapi tidak apa.”
“Ketika kami berada di posisi tengah klasemen, hal seperti itu tidak pernah terjadi. Itu bukan sebuah masalah, kami tidak merasa diawasi oleh yang lainnya,” pungkasnya.
(Metro Sport)